YOGYAKARTA - Berhentinya kompetisi sepakbola Indonesia membuat sejumlah pemain harus memutar otak untuk tetap mencari nafkah. Banyak cara dilakukan oleh mereka. Apa saja?
Pemain PSIM, Dimas Priyambodo, berjualan jus di kediamannya, Suryowijayan, Gedongkiwo, Yogyakarta selama sebulan terakhir. Dia memilih banting setir dengan berdagang setelah skuad PSIM dibubarkan karena tidak ada kompetisi.
"Daripada saya hanya duduk-duduk di rumah, tidak ada aktivitas, lebih baik buka es jus," ujar Dimas kepada Bisnis.com, mengutip Harian Jogja, Selasa (16/6/2015).
Menurut Dimas, dirinya tidak pernah membayangkan jika kompetisi Divisi Utama musim ini batal digelar oleh PT Liga Indonesia. Keputusan untuk membubarkan tim pun terpaksa dilakukan oleh Manajemen PSIM setelah kompetisi batal digelar. PT Liga sebagai operator kompetisi terpaksa menghentikan Divisi Utama setelah PSSI dibekukan Menpora.
Pendapatan yang diperoleh Dimas pada musim ini pun berkurang. Jika pada musim lalu, Dimas mampu mendapatkan gaji selama satu musim kompetisi bersama Laskar Mataram, maka pada musim ini, dirinya hanya mendapatkan gaji selama tiga bulan.
"Ya, mau bagaimana lagi. Kami juga memahami kondisi klub," imbuhnya.
Meski berjualan es jus di rumah, Dimas tidak malu. Bahkan, ketika teman-temannya satu tim mengetahui pekerjaannya. Untuk tetap menggelar lapaknya, Dimas dibantu ibunya berjualan. "Untuk pendapatan ya lumayan. Sehari dapat Rp50.000. Untuk modal awal juga tidak banyak, hanya Rp500.000," tandasnya.
Berita Terkait :
0 komentar